Sebuah cakram berwarna, mirip lensa kontak, akan ditanamkan ke dalam matanya. Sayang, warna cokelat muda yang diinginkannya habis. Ahli bedah lantas menggantinya dengan warna biru. Shenise setuju.
“Saya benar-benar ingin operasi, sehingga tidak ada sinyal tidak beres yang saya terima,” ujarnya seperti dilansir Daily Mail.
Selama proses operasi, Shenise terus-terusan menjerit histeris. “Saya diingatkan untuk tidak menjerit seperti itu karena bisa menyebabkan sesuatu yang tidak beres,” ia menuturkan.
Benar saja. Setelah sekitar 20 menit operasi, Shenise merasa ada yang benar-benar tak beres. Ia merasa matanya seperti terus-menerus berair. Namun, ahli bedah mengatakan itu reaksi normal.
Ilustrasi operasi mata |
Beberapa pasien butuh sekitar dua minggu sampai penglihatannya normal. Shenise percaya itu dan ia kembali ke London.
Sesampainya di sana, penglihatannya justru memburuk. Di Char*ing Cro*ss Hospital, ia sama sekali tak bisa membaca huruf terbesar di tes penglihatan. Akhirnya diputuskan, implan bola mata Shenise harus disingkirkan.
Ia pun kembali mempertaruhkan penglihatannya di bawah pisau bedah demi berjuang melawan kebutaan permanen. “Setelah operasi saya makin panik karena penglihatan saya justru menghitam,” ungkapnya panik. Namun ternyata, itu hanya karena perban di matanya.
Usai operasi itu, penglihatannya berangsur membaik. Butuh sekitar tiga bulan sampai ia benar-benar bisa melihat kembali. “Sekarang saya tidak peduli lagi soal warna cokelat di mata saya. Yang penting saya bisa melihat,” katanya.